Generasi Z yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012 telah berkembang seiring dengan semakin canggihnya teknologi digital, seperti kecerdasan buatan (AI). Namun, di dunia yang begitu erat kaitannya ini, AI tidak selamanya menjadi sahabat. Sebagian orang percaya bahwa, terlepas dari kemajuan teknologi, masih ada potensi bagi rumah yang dapat membantu generasi muda berikutnya beradaptasi dengan cepat, tetapi terkadang tidak terlalu kritis terhadap kekurangan mereka.
Saat ini, aplikasi dan platform berbasis kecerdasan buatan (AI) digunakan dalam dunia pendidikan, media sosial, dan bahkan tempat kerja untuk mempermudah berbagai tugas. Dari alat bantu pembelajaran yang dapat ditingkatkan hingga asisten virtual yang dapat menjawab pertanyaan, menulis esai, atau bahkan membuat desain grafis, AI dapat menjadi solusi instan untuk banyak masalah yang dihadapi Gen Z. Namun, banyak orang tidak menyadari bahwa kecanggihan ini dapat dengan mudah digunakan untuk tujuan yang kurang spesifik.
Salah satu fenomena yang perlu diperhatikan adalah penggunaan AI untuk "curang" dalam berbagai konteks. Di bidang pendidikan misalnya, ChatGPT atau aplikas lainnya telah digunakan oleh banyak siswa bahkan mahasiswa untuk menjawab pertanyaan atau tugas. Dengan hanya memberikan perintah atau instruksi tertentu, siswa dapat dengan cepat menghasilkan jawaban yang jelas dan ringkas, karena jelas dibuat oleh mesin bahkan jawaban yang di dapat pun hampir 90% sesuai dengan materi yang dicari.
“Penggunaan AI bagi saya sebagai mahasiswa membawa dampak positif dan negatif. Di sisi positif, AI dapat meningkatkan efisiensi dalam mencari informasi, mempermudah proses belajar dengan aplikasi edukasi cerdas, dan membantu dalam analisis data, Ai juga dapat membantu saya dalam mengerjakan tugas setiap harinya. Saya merasa dapat lebih cepat dalam memahami materi melalui pembelajaran yang dipersonalisasi. Namun, di sisi negatif, ketergantungan pada AI bisa mengurangi keterampilan berpikir kritis dan kreativitas, serta memunculkan risiko plagiarisme dengan kemudahan dalam menghasilkan tugas otomatis. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk bijak dalam memanfaatkan teknologi ini,” ujar Emmy Triandini, salah satu mahasiswa yang aktif dalam menggunakan AI.
Namun, pengembangan AI tidak terbatas pada bidang pendidikan. Di tempat kerja pun banyak Gen Z yang menggunakan AI untuk menyusun email, membuat dokumen, dan bahkan membuat presentasi. Meskipun hal ini dapat meningkatkan efisiensi, ada peringatan bahwa jika orang terus-menerus terganggu oleh teknologi ini, keterampilan komunikasi dan kreativitas mereka akan terganggu.
Selain itu, AI digunakan di media sosial untuk membuat konten viral yang dapat sangat membantu tetapi sering kali tidak dapat diandalkan atau tidak memuaskan. Misalnya, memanipulasi foto atau video dengan menggunakan (AI) (Deepfake) memungkinkan siapa saja untuk membuat film atau gambar yang tampak asli, tetapi pada kenyataannya, itu rekayasa. Ini dapat digunakan untuk memengaruhi opini publik atau merusak reputasi seseorang. Generasi muda atau generasi Z juga rentan terhadap maraknya eksploitasi data pribadi melalui aplikasi yang menggunakan AI. Banyak aplikasi yang mengumpulkan data pribadi pengguna dengan iming-iming memberikan layanan yang lebih menarik. Meskipun demikian, data tersebut mungkin digunakan untuk kepentingan non-etis dalam artian sikap dan perilaku seseorang tersebut tidak sesuai dengan norma-norma sosial yang diterima secara umum karena berhubungan dengan tindakan yang buruk dan tidak bermanfaat serta membahayakan.
Meskipun demikian, beberapa orang optimis percaya bahwa Gen Z akan mampu mengenali jebakan berbahaya tersebut karena tingkat kesadaran mereka yang lebih tinggi terhadap potensi risiko. Generasi Z juga memiliki banyak potensi untuk menggunakan AI secara positif, tetapi harus diimbangi dengan pemahaman yang mendalam tentang etika, privasi, dan dampak negatif dari teknologi ini. Kecerdasan buatan harus digunakan sebagai alat untuk meningkatkan potensi manusia daripada menghambat cara hidup dan bisnis kita.
Penulis:
Kadek Ayu Sumastri