Singaraja, Bali — Kadang, sebuah niat sederhana bisa menjadi bara kecil yang menyalakan obor kebaikan. Komunitas Sharing Squad lahir dari momen intim merayakan ulang tahun di panti asuhan. Kini, puluhan orang di berbagai penjuru Bali bergandengan tangan dalam sebuah gerakan sosial yang menghidupkan semangat berbagi, membuktikan bahwa kebaikan bisa menjalar bagai api unggun yang hangat di tengah dinginnya dunia.
Fuji Dewanti, sosok di balik Sharing Squad, memulai semua ini tanpa rencana besar. Hanya ingin membuat hari istimewa keluarganya lebih bermakna dengan berbagi bersama anak-anak panti. “Waktu itu saya dan lima teman dekat pergi ke panti asuhan. Rasanya bahagia sekali. Seolah ada energi yang mendorong kami untuk terus melanjutkan,” kenangnya.
Apa yang berawal dari sebuah kunjungan singkat, berkembang menjadi panggilan hati. Dokumentasi kegiatan di media sosial memicu reaksi berantai. Teman-teman Fuji, bahkan yang tinggal jauh di luar kota, ingin ikut. Dari enam orang, kini komunitas ini punya hampir 60 anggota tersebar di Denpasar, Karangasem, Singaraja, dan daerah lain.
Namun bagi Sharing Squad, berbagi bukan sekadar soal uang atau barang. Ada filosofi mendalam yang mereka pegang: berbagi harus menyentuh jiwa, membangun relasi, menumbuhkan nilai. Tiap kunjungan ke panti asuhan atau panti jompo diisi bukan hanya dengan donasi, tetapi aktivitas interaktif yang biasa disebut learning center seperti belajar, melukis, membuat kerajinan, bahkan belajar mendesain dengan aplikasi seperti Canva.
“Kami ingin prosesnya terasa utuh. Kami masak sendiri, bungkus sendiri, dampingi anak-anak selama kegiatan. Semua anggota terlibat,” jelas Fuji. Dalam Sharing Squad, relawan bukan donatur pasif. Mereka adalah sahabat, pengajar, pendengar. Inilah yang membedakan mereka dari sekadar aksi amal biasa.
Donasi yang datang dari sumbangan anggota, pamflet digital di media sosial yang menyentuh hati orang-orang. Bentuknya beragam, dari uang tunai hingga bahan pokok dan alat tulis. Namun esensi yang sama dijaga yaitu transparansi, kepercayaan, dan niat tulus.
Motivasi para relawan pun beragam tapi berpangkal pada satu hal yaitu empati. Gede Natanegara, ASN yang rutin hadir di kegiatan, merangkum ini dengan sederhana. “Motivasinya murni dari hati. Melihat senyum mereka saja sudah cukup buat saya. Walaupun kita belum sukses, kita bisa berbagi. Kebaikan akan kembali dalam bentuk yang tak terduga.”
Cerita lain datang dari relawan muda seperti Kesya dan Fitri. Meski baru pertama kali bergabung, mereka langsung merasa terhubung. “Kasihan sekali anak-anak yang sudah kehilangan orang tua. Tapi mereka menyambut kami dengan senyum. Itu sangat menyentuh,” kata Fitri. Kesya menimpali, “Seru banget. Kita main bareng, kasih kasih sayang yang mungkin mereka rindukan.”
Salah satu hal yang ditekankan Sharing Squad adalah berbagi cerita. Relawan diajak mendengar kisah anak-anak, bercengkerama, menemani. Bagi mereka, interaksi adalah jembatan empati yang tak tergantikan. Seperti dikatakan Dwipa, salah satu anggota aktif, “Saat kita makan bersama, main bersama, itu bukan hanya kegiatan. Itu pengalaman yang membekas.”
Bagi anak-anak panti, kunjungan Sharing Squad adalah angin segar. Beberapa anak mengaku sangat senang. “Senang banget. Bisa menggambar, main, belajar. Kakak-kakaknya baik semua,” ujar seorang anak. Yang lain berharap, “Semoga kakak-kakak sering datang lagi, bawa hadiah menarik.”
Mereka tak hanya senang, tapi juga belajar mengenai disiplin, saling menghargai, percaya diri. Hal-hal sederhana tapi fundamental untuk membangun masa depan.
Fuji dan tim sadar perjalanan ini masih panjang. Mereka berkomitmen mengadakan kegiatan minimal sebulan sekali, bukan hanya di Bali tapi semoga suatu hari di seluruh Indonesia. “Kami ingin gerakan ini menular. Siapa pun bisa berbagi, sekecil apa pun. Yang penting dari hati,” tutup Fuji.
Namun cerita Sharing Squad sejatinya lebih dari laporan kegiatan sosial. Ia adalah pengingat: di tengah dunia yang kerap sibuk dan egois, masih ada ruang untuk peduli. Masih ada orang-orang yang rela meluangkan waktu, tenaga, bahkan hati, demi menghadirkan secuil kebahagiaan bagi mereka yang terpinggirkan.
Komunitas Sharing Squad bukan organisasi besar dengan dana berlimpah. Namun mereka memiliki sesuatu yang lebih bernilai: ketulusan, kebersamaan, dan keyakinan bahwa perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil. Bahwa dunia yang lebih baik tak dibangun oleh satu orang hebat, melainkan oleh banyak hati yang mau saling menopang.
Jika kita mau jujur, berbagi bukan tentang seberapa banyak kita punya. Tapi seberapa ikhlas kita membuka hati. Dan dalam setiap senyum yang tercipta, di sanalah kita melihat cermin: tentang siapa kita, dan dunia seperti apa yang ingin kita wariskan.
Untuk yang ingin terlibat, mereka membuka pintu selebar-lebarnya. Ikuti kegiatan dan update mereka di media sosial, atau hubungi anggota komunitas. Karena pada akhirnya, kebahagiaan sejati bukan tentang memiliki—melainkan tentang memberi.
Penulis:
-
Tim Redaksi