
Sebagai salah satu fakultas yang ada di Universitas Pendidikan Ganesha, Fakultas Bahasa dan Seni atau yang biasa disebut FBS menjadi fakultas yang mudah diajak bekerja sama untuk membahas masalah iuran mahasiswa. Namun tidak dipungkiri terdapat 2 ormawa yaitu HMJ Seni dan Desain (SDD) dan HMJ Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah (BSID) yang tidak bersedia dimintai keterangan terkait informasi iuran mahasiswa dengan alasan tertentu.
Transparansi merupakan isu utama yang menjadi perhatian mahasiswa FBS terkait iuran mereka. Pemungutan iuran menjadi salah satu kegiatan yang dilakukan oleh ormawa di Fakultas Bahasa dan Seni. Menurut mahasiswa FBS yang diwawancarai yakni W dan M menyatakan bahwa iuran kemahasiswaan tersebut sangat penting untuk mendukung kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh fakultas dan jurusan diantaranya seperti kegiatan HUT, Dies Natalis, dan lain sebagainya.
Frekuensi pembayaran iuran di lingkup FBS menurut penuturan mahasiswa W, “Menurut saya frekuensi pembayaran itu tidak menentu. HMJ saya selama 1 tahun ini pembayaran iuran dilakukan sebanyak 3 kali yaitu di saat mengikuti ospek jurusan, HUT HMJ, dan Dies Natalis untuk di BEM sendiri dilaksanakan hanya sekali dalam setahun, dimana pembayaran iuran hanya dilaksanakan saat ospek fakultas”. Sedangkan di Jurusan Bahasa Asing, mahasiswa M mengatakan, “Menurutku sudah sesuai karena pembayarannya tidak terlalu sering dan itu dilaksanakan hanya per semester sekali. Jadi, dalam setahun dihitung 2 kali pembayaran sehingga menurutku sudah terjangkau.”
Informasi terkait pembayaran iuran yakni transparansi atau rincian penggunaan dana iuran tersebut biasanya akan disampaikan oleh BEM dan HMJ kepada mahasiswa melalui audiensi kemudian hasil dari audiensi akan disebarluaskan oleh korti di masing-masing kelas. Tentu saja rincian pembayaran iuran harus jelas disampaikan kepada seluruh mahasiswa di lingkungan FBS. Namun, kenyataanya masih terdapat mahasiswa yang belum mendapatkan informasi yang jelas terkait rincian iuran tersebut. W mengungkapkan, “Menurut saya, saya kurang mendapatkan informasi yang jelas, karena iuran yang dituntut oleh mahasiswa itu tidak ada rincian yang dipaparkan secara jelas.” (12/06/2023).
Nominal pembayaran iuran yang ditagih juga sangat beragam dan mahasiswa wajib untuk membayarnya. Menurut penuturan mahasiswa W dari jurusan BSID, “Menurut saya cukup membebani ya karena kembali lagi pada pertanyaan sebelumnya, rincian dari pembayaran tersebut belum dipaparkan secara terperinci jadi mahasiswa tidak tahu iuran tersebut dibayarkan untuk apa saja.” (12/06/2023). Berbeda dengan halnya penuturan dari mahasiswa Jurusan BA berinisial M, “Menurutku sih sudah sangat terjangkau ya karena nominalnya under 50 ribu yaitu sekitar 35 ribu, apalagi diambilnya setiap semester.” (13/06/2023)
Konsekuensi yang diperoleh mahasiswa hampir sama, sesuai dengan pernyataan mahasiswa W jika tidak membayar iuran akan dilaporkan kepada ketua jurusan dan penundaan penyusunan KRS. Selaras dengan pernyataan mahasiswa M, konsekuensi yang diperoleh tidak akan bisa menyusun KRS.
“Saran dan rekomendasi dari saya, untuk pembayaran iuran itu saya minta tolong untuk dijadwalkan atau lebih diperinci lagi iuran itu digunakan untuk apa saja agar mahasiswa tidak kebingungan atau terbebani saat membayar iuran,” ucap mahasiswa W.
“Kalau dari aku pribadi tidak ada sih karena menurutku sudah terjangkau, transparansi sudah ada jadi menurutku tetap pertahankan seperti itu saja sih biar pembiayaannya terjangkau untuk mahasiswa, frekuensinya juga tidak terlalu sering, dan transparansi juga sudah diberikan ke mahasiswa jadi mereka tahu kejelasan dananya kemana akan pergi,” ucap mahasiswa D ketika diwawancarai.
Pemungutan iuran yang dilakukan oleh HMJ Bahasa Asing tersebut dalam melaksanakan sebuah kegiatan HMJ Bahasa Asing terdapat upaya yang dilakukan untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut sebanding dengan manfaat yang diperoleh oleh mahasiswa di Jurusan Bahasa Asing. Seperti yang telah dituturkan oleh ketua HMJ Bahasa Asing, “Jadi, proker-proker dari HMJ Bahasa Asing ini, itu tidak hanya melingkupi di kampus saja. Namun, proker kami juga terjangkau ke dalam masyarakat. Dengan dimana mahasiswa tersendiri dapat berpartisipasi dalam pembangunan masyarakat dan juga selain itu salah satunya dalam kegiatan Inspiration. Bagaimana di Inspiration ini, di Jurusan Bahasa Asing terdapat 3 prodi. Dengan ada kegiatan Inspiration ini, ketiga prodi tersebut dapat berkumpul dan bagaimana itu dapat menyatukan ketiga prodi tersebut. Yang dimaksud Nadya sendiri itu mengenai solidaritas. Kenapa? Karena kita di sini itu berlingkup secara jurusan dan kita memiliki 3 prodi yang berbeda yang tentunya dan pemikirannya pasti juga berbeda. Di Inspiration sendiri kita menyatukan hal tersebut untuk menjalin hubungan yang harmonis tentunya seperti Visi Undiksa sendiri. Selain itu, juga dengan keberlakuan dari mahasiswa tersebut dengan pekerja-pekerja di HMJ Bahasa Asing juga kita bisa mengangkat Simkatnawa. Dan di mana hal itu dapat mempengaruhi dari kampus tentunya. Dan juga dari mahasiswa tersendiri juga bisa mengikuti lomba-lomba yang ada dalam kegiatan Inspiration. Dan di mana itu juga bisa dapat meningkatkan prestasi dari mahasiswa sendiri, Terdapat rekognisi dari fakultas tentunya.”
Dalam pemungutan iuran tersebut terdapat peran dan tanggungjawab yang dipegang oleh Ketua HMJ Bahasa Asing, yang dimana dia memiliki langkah-langkah dalam menjangkau perekonomian mahasiswa untuk melakukan pemungutan iuran tersebut seperti yang dijelaskan oleh ketua HMJ Bahasa Asing “Terima kasih atas pertanyaannya. Dan ini juga sangat membantu aku di sini karena di sini sebagai media klarifikasi kita juga untuk mengambil iuran sendiri. Jadi, langkah-langkah yang aku lakukan untuk menjangkau seluruh perekonomian mahasiswa yang ada di Jurusan Bahasa Asing sendiri, itu tentunya yang pertama kita melakukan survei. Kita akan melakukan survei bagaimana kondisi mahasiswa kita di jurusan karena seperti yang kita ketahui juga, mahasiswa kita tidak rata perekonomian masing -masing. Pasti ada yang up and down juga seperti itu. Untuk mengetahui kondisi tersebut, sama yang saya jelaskan tadi, mengenai audiensi sendiri. Dimana audiensi sendiri itu bukan hanya dengan kita mendata mahasiswa dan langsung memberikan suatu keputusan, tetapi kita juga menampung aspirasi dari mahasiswa sendiri agar bisa menjangkau dari iuran tersebut. Dan tentunya di sana kita melakukan negosiasi akan berapa besaran dari iuran dan apa yang akan kita lakukan untuk iuran tersebut. Selain itu, kita juga sudah berkoordinasi dengan atasan dan pimpinan sendiri jika ada beberapa mahasiswa yang memiliki perekonomian yang kurang seperti itu. Jadi, di sana kita akan mencari solusi dari mahasiswa-mahasiswi yang memiliki kendala tersebut.”
“Jadi terkait pengecualian mahasiswa itu dari HMJ Bahasa Asing itu tidak ada karena semua atau seluruh mahasiswa Jurusan Bahasa Asing itu diwajibkan untuk membayar iuran. Dan juga pengecualian itu mungkin kepada mahasiswa yang memiliki keterbatasan di dalam ekonomi. Mungkin kita memberikan jangka waktu yang lebih lama. Ya intinya mahasiswa tersebut ada komunikasi dengan kita,” ucap ketua HMJ Bahasa Asing. Dari penjelasan tersebut diketahui bahwa terdapat perpanjangan waktu kepada mahasiswa yang memiliki keterbatasan perekonomian dalam kewajiban pembayaran iuran dan tidak ada pengecualian terhadap mahasiswa yang lainnya.
Dana yang diperoleh dalam melaksanakan proker dan kegiatan yang dilakukan oleh HMJ Bahasa Asing tersebut full dari iuran. Namun, fakultas juga memberikan bantuan dana untuk lomba-lomba tingkat nasional. “Terkait itu full dari iuran. Namun, dari fakultas tersendiri, karena di dalam kegiatan atau proker Inspiration tersebut ada terdapat lomba-lomba di tingkat nasional. Dari fakultas juga memberikan bantuan dana untuk lomba-lomba di tingkat nasional tersebut,” ucap ketua HMJ Bahasa Asing.
Dari penyebaran kuesioner yang dilakukan terdapat ketidaksesuaian yang diberikan oleh mahasiswa seperti transparasi iuran, kemudian nominal iuran yang kadang tidak sesuai dengan keadaan semua mahasiswa sehingga menyebabkan keterpaksaan membayar iuran. Selain itu, ada kesimbangan antara nominal iuran yang ditetapkan, sehingga ketua HMJ Bahasa Asing merespon tanggapan tersebut, “Oke jadi bagaimana cara aku merespon untuk dari saran-saran yang diberikan tadi itu. Sebelumnya, aku ketua baru ya dari ketua sebelumnya, jadi mungkin itu adalah dari kepengurusan sebelumnya seperti itu. Nah, jadi berkaca dari kepengurusan sebelumnya itu yang pastinya aku akan tetap berterima kasih terhadap saran yang telah diberikan tadi. Untuk itu jadi aku ingin merespon hal-hal tersebut. Mungkin ada beberapa kontradiktif yang terjadi di HMJ Bahasa Asing sendiri tentunya untuk mahasiswa dari jurusan Bahasa Asing. Itu mengenai iuran tentunya. Tapi di sini kita memang sudah benar-benar untuk transparansi sendiri. Mungkin teman-teman yang memberikan saran ataupun memberikan keluhan bahwasannya itu kurang transparansi. Mungkin nanti kita bisa bicarakan dan nanti aku akan menanyakan langsung ke kortinya sendiri ‘dari kelas apa sih kalian’. ‘Kok bisa sampai tidak mendapatkan informasi seperti itu’. Mungkin itu bisa kita komunikasikan lagi agar tidak terjadi misinformasi seperti itu. Dan untuk teman-teman yang memang merasa belum adil gitu untuk iuran sendiri mungkin aku memiliki suatu penglihatan dari kacamata aku yang berkaca dari tahun sebelumnya itu di Inspiration sendiri. Memang banyak teman-teman dari jurusan Bahasa Asing sendiri itu tidak datang di kegiatan Inspiration. Mungkin itu yang salah satu yang menjadi faktor untuk merasa tidak adil begitu, Karena banyak juga dari teman-teman yang memang sudah merasa adil dan kegiatan kita Astungkara memang sudah berbenefit dan tentunya terisilah untuk iuran sebesar itu. Mungkin itu sih dari aku. Mungkin nanti misalkan kalau ada saran ataupun kendala dari mahasiswa di jurusan Bahasa Asing bisa langsung hubungi aku secara personal nanti kita akan bicarakan bagaimana mengenai transparansi sendiri,” ucap ketua HMJ Bahasa Asing.
BEM FBS juga memiliki langkah-langkah yang diambil dalam masalah keterjangkauan iuran yang sesuai dengan perekonomian yang dimiliki oleh mahasiswa. Ketua BEM FBS menjelaskan, “Balik lagi ya, jadi dalam audiensi ini tanggal 5 ini, kita tidak hanya memberikan informasi tertapi kita juga mengajak mahasiswa untuk berdiskusi. Jadi, pada saat audiensi ini dilaksanakan mahasiswa yang ikut audiensi bisa secara langsung menanyakan ataupun keberatan terhadap hasil atau jumlah iuran yang sudah kita tetapkan. Jadi, untuk masalah keterjangkauan kita sudah sangat mempertimbangkan karena melihat dari proker-proker yang selanjutnya kita akan laksanakan. Semisal kita cuma mengambil 50% dana dari mahasiswa, karena semisal kita membutuhkan dana 10 juta dan kita cuma menargetkan dana 50 juta karena saya juga selaku mahasiswa juga kan di sini dan karena dari itu saya bisa membayangkan 50 juta ini apakah worth it bisa diberikan kepada masing-masing proker ini.”
Pemungutan iuran yang dilakukan juga masih terdapat mahasiswa yang telat membayar ataupun tidak membayar iuran tersebut Jadi, BEM FBS mengambil langkah, seperti yang dijelaskan ketua BEM FBS, “Jadi, itu mungkin sebuah permasalahan yang tiap tahunnya sudah terjadi gitu karena itu berdasarkan pengalaman. Jadi, untuk permasalahan mahasiswa yang telat mengumpul iuran ataupun tidak membayar iuran langkah yang pasti kami lakukan itu mengajak komunikasi orang yang bersangkutan. Jadi, itu kami lakukan secara informal kami dari BEM FBS dan mereka dari mahasiswa itu bisa ngomong lebih blakblakan lah sistemnya karena kalau kita menerapkan atau kebijakan tetapi kita tidak tahu apa yang memang dirasakan langsung oleh mahasiswa kayaknya itu bakal melenceng dari fungsi dari BEM Fakultas sendiri karena dari BEM Fakultas sendiri kan seharusnya tahu apa kendala-kendala yang harus dihadapi oleh pihak mahasiswa dari fakultasnya masing-masing. Jadi, kita melakukan langkah preventif nya itu kita bakal mengadakan komunikasi secara informal terlebih dahulu.”
Penulis:
-
Devi
-
Mei
-
Gustin